Para ibu yang sedang menghadapi persalinan dan juga suami siaga harus mengetahui mengenai induksi persalinan. Metode ini merupakan metode yang digunakan dalam situasi tertentu, dimana tidak ada tanda-tanda mau melahirkan. Sehingga dilakukan upaya untuk merangsang agar terjadi kontraksi.
Sebenarnya banyak yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan induksi persalinan. Mulai dari faktor medis terkait dengan kondisi sang ibu, apakah aman dilakukan induksi persalinan atau tidak. Seperti ketika sang ibu memiliki penyakit diabetes, air ketuban terinfeksi atau pecah, preeklampsia, dan lain sebagainya.
Macam-macam Metode Induksi Persalinan
Berbagai pertimbangan tersebut dilakukan karena pertimbangan keamanan. Nah, apa saja macam-macam metode induksi persalinan menurut SehatQ yang aman dilakukan?
1. Merobek Membran
Metode pertama dari induksi persalinan ini dilakukan secara konvensional. Yaitu dengan merangsang hormon prostaglandin dengan merobek dinding rahim. Hormon ini akan membuat leher rahim menjadi lemas dan memudahkan bayi untuk lahir.
Metode ini dilakukan dengan menggunakan jari dokter secara langsung. Jari tersebut dimasukkan melalui vagina hingga ke membran yang membungkus air ketuban. Kemudian, membran tersebut digosok-gosok hingga robek dan merangsang hormon prostaglandin tadi.
Hanya saja metode ini sangat sulit dilakukan, dan persentase keberhasilannya masih belum bisa dipastikan.
2. Amniotomi
Metode yang kedua ini hampir sama konsepnya dengan yang pertama. Dokter akan merangsang hormon prostaglandin dengan mencoba merobek membran ketuban. Hanya saja cara yang dilakukan berbeda.
Dokter akan menggunakan alat berupa kail plastik. Kail tersebut akan dimasukkan melalui vagina dan digunakan untuk merobek membran ketuban tersebut. Jika berhasil, maka sang ibu akan merasa mulas dan dalam beberapa waktu, yaitu dalam hitungan jam akan melahirkan.
3. Menambahkan Hormon Prostaglandin
Pada dasarnya metode induksi persalinan adalah dengan merangsang hormon prostaglandin. Karena hormon inilah yang akan membantu leher rahim bisa melunak, menipis, dan bisa dengan mudah akan dilewati oleh bayi.
Pemberian hormon ini dilakukan dengan dua metode. Pertama adalah hormon diberikan dalam bentuk kapsul yang bisa diminum sehari dari tanggal persalinan. Pada cara yang pertama ini, tubuh akan meresponnya dalam waktu sekitar 12 hingga 24 jam sampai persalinan.
Kedua, hormon diberikan dalam bentuk gel yang dimasukkan melalui vagina. Untuk metode yang kedua ini dokter akan terus memantau kondisi ibu setiap 6-8 jam. Metode ini jauh lebih cepat bereaksi daripada metode pemberian hormon prostaglandin menggunakan kapsul.
4. Menambahkan Hormon Oksitosin
Selain pemberian hormon prostaglandin, tindakan medis yang disarankan oleh SehatQ ini bisa dengan pemberian hormon oksitosin. Hormon ini akan merangsang kontraksi pada rahim, sehingga akan mempercepat kelahiran.
Pemberian hormon ini dilakukan dengan menggunakan suntikan yang diberikan pada vena. Selain itu, hormon juga diberikan melalui berbagai obat-obatan yang dikonsumsi. Dalam bentuk obat, biasanya diberikan dalam dosis yang kecil, kemudian terus ditingkatkan seiring adanya pembukaan.
5. Kateter Foley
Metode terakhir yang digunakan untuk merangsang persalinan ini adalah dengan menggunakan alat yang dinamakan kateter foley. Alat ini digunakan dengan memasukkannya ke ujung rahim melalui vagina.
Kateter foley ini merupakan alat berbentuk balon yang berisi cairan saline. Alat ini akan menekan leher rahim dan membuat rangsangan hingga terjadi kontraksi. Penggunaan metode ini dilakukan sehari sebelum dilakukan persalinan.
Itulah beberapa macam metode induksi persalinan menurut SehatQ yang aman dilakukan. Dengan mengetahui beberapa metode tersebut, tentunya pasangan suami istri akan lebih tenang dalam menghadapi situasi persalinan.